Belajar dari matahari. Itulah langkah awal yang dapat menjadi kunci
utama untuk memahami rangakaian kata sederhana tapi rumit (judul). Hidup itu Simple tapi Susah, ialah
buah reflektif yang saya dapat dari jalan hidup yang maasih hijau ini.
Lalu apa hubunganya dengan belajar dari sang penguasa siang? si
matahari? Mengapa mesti belajar dari matahari agar mengerti makna
kalimat yang sebenarnya hanya sekedar permainan kata saja? Jawaban ialah
matahari itu simple tetapi matahari itu juga susah.
Logikanya sederhana saja, matahari terbit dari timur dan tenggelam di
barat setiap harinya selama 12 jam beredar di langit (dari sudut
pandang manusia di bawah samudera atas). Iniliah letak simplisitas matahari
dalam kajian reflektif ini. Sungguh biasa saja dan standar sesuai
aturan alam yang sistematis hal semacam ini terjadi. Berulang-ulang tiap
harinya sejak terbit sampai tenggelam. Semua biasa, semua alamiah,
semua nampak sederhana. Lalu apakah masalahnya? Apakah ada yang salah
dari keteraturan ini? Apakah ada yang tidak relevan dengan gejala alam
ini? Tidak, semua tepat, sesuai, berfaedah, sangat fungsional, dan
sistematis. Ya, sangat sistematis dan simple.
Akan tetapi di dalam simplisitas matahari ini ternyata
terdapat proses panjang di sana, proses yang memakan waktu, banyak
waktu! 12 jam bukan waktu singkat! Secara rata-rata saya mengambil 12
jam sejak terbit sampai tenggelam. Terbaikan rupanya bahwa dalam waktu
sepanjang itu banyak hal yang harus di lalui matahari dalam memancarkan
karya sinarnya. Matahari sejak terbit masih malu-malu meeong hingga
hanya berani menampakkan setengah tubuh telanjangya yang menyinari
dunia fana ini. Kemudian tanpa terasa mulai terkumpul keberanian nyata
sang matahari saat tepat berada di atas kepala manusia sehingga manusia
bingung mencari bayanganya. Tidak lama kemudian matahari semakin lelah
berdiri tegak menyinari dunia sembari pelan namun pasti kembali ke
peraduanya. Sampai matahari kembali menutup diri masuk ke dalam gelap di
barat tetapi bukan karena malu namun lelah. Lantas apa ini aneh? wajar
bukan demikian adanya. Itu alamiah bukan? Ya itu alamiah.
Tetapi yang menjadi refleksi saya apakah eksistensi sang matahari hanya
sebatas terbit kemudian tenggelam? Apakah hanya itu saja? Tentu tidak!
Matahari butuh waktu untuk terbit lalu menyinari dunia kemudian
kembali hilang di telan kegelapan. Tentu hal ini tidak biasa saja
adanya. Hal ini mengandung sebuah prinsip mendasar bahwa matahari yang
berkuasa atas tata surya ini, butuh waktu untuk melakukan karyanya!
Begitu juga manusia. Apakah hidup ini hanya se-simple terbit dan tenggelam, atau lebih jelas lagi yaitu; apakah hidup hanya sekedar lahir kemudian mati? Ah… hidup ternyata begitu simple bila demikian.
Berarti memang benar hidup itu simple? Ya benar hidup itu simple.
Tidak muluk-muluk, karena tubuh di lahirkan dan kemudian pada akhirnya
tubuh juga akan binasa seiring kapan tiba kelelahan itu berkuasa atas
tubuh fana. Sangat jelas, sangat simple hidup ini.
Kemudian bagaimana jika ternyata realitas berkata anti-klimask bahwa hidup tidak benar hanya se-simple lahir
kemudian mati? Benar hidup tidak hanya tentang lahir dan mati saja.
Karena kehidupan bernilai bagi setiap kehidupan itu sendiri. Hidup butuh
derita, tawa, tangis, keluh, peluh, lapar, kenyang, marah, senang,
sedih, dan bahkan banyak aspek daging lainya dalam kehidupan itu
sendiri. Jadi hidup tidak semudah selayaknya simplisitas kehidupan, kehidupan mungkin simple tapi eksistensi hidup tidak simple. Sejak
manusia lahir misalnya (contoh yang sekarangg paling tepat karena
menurut “mereka” manusia-lah yang paling mulia dalam sistem kehidupan),
manusia tidak hanya sebatas keluar dari rahim ibu/ sama seperti
matahari sekedar terbit, tetapi dia butuh pertolongan medis untuk
lahir/ matahari muncul tidak langsung tersenyum ceria di pagi hari
tetapi melewati pekatnya subuh. Kemudian anda makan tidak hanya sekedar
makan dan kenyang tetapi anda butuh proses untuk menggunakan peralatan
makan guna memasukan ke mulut anda dst.
Jadi sebenarnya hidup itu sangat simple, se-simple anda
makan karena ingin kenyang. Tetapi untuk kenyang anda butuh makanan
dan alat makan. Memasak makanan sudah sulit apalagi memakanya dengan
menggunakan alat makan, sungguh membutuhkan banyak usaha. Sama seperti
matahari perlu berkeliling setengah lingkaran bumi untuk menyinari dunia
ini walaupun sebenarnya dia tak pernah beristirahat barang sejenak
karena harus menerangi bumi yang bulat ini.
Poin pentin yang ingin saya bagi ialah sekarang mungkin bisa di pahami barang sedikti bahwa hidup itu awalnya simple, tetapi dalam memainkan peran kehidupan dalam eksistensi hidup ternyata susah. Lantas apa poinya? Yang bisa saya bagi mengapa kehidupan yang susah ini tidak di jalankan dengan cara yang simple? Bagaimana caranya? Gunakan kemampuan alamiah manusia sebagai mahkluk yang kreatif, karena sejak jaman batu sampai kepada jaman flashdisk manusia
harus adaptif agar bisa tetap hidup dan cara untuk adaptif ialah
manusia harus kreatif. Kreatif ini ialah terletak pada bagaimana cara
mengolah proses eksistensi hidup. Kreativitas inilah yang menentukan
kelahiran anda (simple) memiliki arti atau tidak dalam eksistensi
hidup anda (susah). Bila susah di kelolah dengan baik maka anda akan
menghargai simple. Lihatlah matahari yang terbit dengan indah sunrise
(simple) lalu menyinari dunia sepanjang hari (susah) tetapi pergi dalam
kematian yang indah dalam sunset (simple). Apakah hidup harus datang
dengan kelahiran penuh tawa bahagia (simple) lalu ada dalam kesusahan
(susah) kemudian mati dalam tangis (simple)? Bila anda tidak ingin hidup
hanya seperti itu sadarlah anda hadir dengan tangis dan tawa bahagis
(simple) maka kelolah hidup dengan benar (susah) agar hidup memiliki
arti di akhirnya dengan tangis karena anda sangat berarti entah bagi
siapapun atau apapun (simple).
Minggu, 09 Februari 2014
Related Posts:
Hidup itu Simple tapi SusahBelajar dari matahari. Itulah langkah awal yang dapat menjadi kunci utama untuk memahami rangakaian kata sederhana tapi rumit (judul). Hidup itu Sim… Read More
DUA (2) Kehidupan ini adalah setapak yang penuh ketidakpastian entah kemana. Kadang setapak itu lebar dan penuh dengan hamparan rumput nan menyejukan. Ka… Read More
Berpikir Kritis: Apa dan Bagaimana? Sebuah OpiniBerpikir secara kritis pada dewasa ini merupakan suatu kemampuan dan kecakapan yang wajib dimiliki. Suatu kemampuan dan kecakapan yang sangat membantu… Read More
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Popular Posts
-
Kritik Aparatus Teks Guna memeriksa teks ini saya menggunakan data aparatus pada Alkita...
-
“Bukan Yesus yang Saya Kenal” : Philip Yancey Bagian Satu: Siapa Dia o Yesus yang saya kira saya kenal. Pertama kali Yancey m...
-
GEREJA DALAM PERJANJIAN BARU Pada tulisan singkat ini saya akan memaparkan beberapa pokok-pokok pemikiran berkaitan dengan topik ...
-
Bagaimana anda menghubungkan antara visi, misi, kharisma, dan strategi-strategi dalam konkteks kepemimpinan yang melayani? Dalam ko...
-
Berpikir secara kritis pada dewasa ini merupakan suatu kemampuan dan kecakapan yang wajib dimiliki. Suatu kemampuan dan kecakapan yang sanga...
-
“Namanya juga baru balajar!”, ialah sebuah ungkapan apologetika dalam hemat saya. Sebuah ungkapan pembelaan dan pembenaran akan sesuatu y...
-
Sebelum pembaca sekalian membaca hasil tafsir sosio-historis ini, sangat saya anjurkan untuk terlebih dahulu untuk membaca tulisan mengenai...
-
Dalam cerita tradisi secara biblis kita tentu tidak asing lagi dengan cerita tentang Yusuf yang handal dalam menafsirkan mimpi bahkan menj...
-
Pengantar Jawaban atas pertanyaan seperti pada judul tulisan ini oleh sebagian orang dipercayai telah disediakan dengan memadai oleh ke...
-
Manusia merupakan insan dengan tiga pembentuk formasi hidup. Memiliki raga, jiwa, dan roh yang masing-masing aspeknya punya kebutuhan m...
Pages
Pengikut Blog
Profil Josua Maliogha
Blog Archive
- Desember 2014 (2)
- Mei 2014 (1)
- Februari 2014 (2)
- Mei 2013 (1)
- Desember 2012 (1)
- Oktober 2012 (1)
- Juli 2012 (2)
- Juni 2012 (2)
- Juli 2011 (1)
- Januari 2011 (2)
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar